Selasa, 09 Juni 2009

Coleoptera

ACARA II
PENGENALAN SPECIES PENTING HAMA PASCA PANEN KELOMPOK COLEOPTERA

I. TUJUAN
1. Mengenal ciri morfologi dan biologi species penting serangga hama pasca panen yang termasuk kelompok berbagai family dari ordo Coleoptera.
2. Mengenal kerusakan komoditas yang ditimbulkan oleh serangan hama pasca panen.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan dasar kita akan bahan pangan, sandang dan papan sebagian besar dipenuhi dari hasil-hasil pertanian. Dalam sistem produksi, distribusi dan konsumsi, dana yang paling besar dialokasikan adalah untuk sistem produksi. Merosotnya kualitas dan kuantitas persediaan bahan pangan dan sandang terutama akibat serangan hama dan timbulnya penyakit akan menambah masalah tersebut. Pada hal persediaan bahan kebutuhan dasar yang cukup adalah mutlak, maka kualitas dan kuantitasnya harus dipertahankan (Anonim, 2009 ).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih pembibitan, pemanenan, hingga di gudang penyimpanan selalu tidak luput dari ganggguan hama, patogen, gulma, atau karena facktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman. Akibat gangguan tersebut seorang peneliti dari India pernah menyatakan bahwa kerugian tanaman akibat gangguan gulam 33%, pathogen 26%, serangan hama 20%, tikus 6%, dan kerusakan akibat penyimpanan sekitar 75%. Jika pengganggu tanaman tersebut menganggu secara serentak maka kerugfian tanamn dapat mencapai 92%. Hal ini belum termasuk gangguan karena faktor lingkungan (Tjahjadi, 2005).
Adanya populasi serangga / hama di suatu tanaman akan menimbulkan luka (injury) pada tanaman. Luka adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas serangga hama yang hidup, berada dan makan pada tanaman tersebut. Luka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan (damage). Kerusakan adealah kehilangan hasil yang dirasakan oleh tanaman (petani) akibat adanya populasi hama atau saerangan hama antara lain dalam bentuik penurunan kuantitas dan kualitas hasil (Untung, 2004).
Dalam sistem produksi, distribusi dan penggunaan suatu hasil pertanian ada tiga periode yakni prapanen, panen dan pasca panen. Prapanen adalah periode sejak tanam sampai menjelang panen. Panen adalah saat pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan bagian komoditas yang dapat dikonsumsi atau digunakan dari media produksi. Pasca panen adalah periode setelah panen sampai komoditas hasil panen tersebut siap dikonsumsi atau dimanfaatkan tetapi tidak termasuk proses memasak sampai makan ( Tandiabang et al., 2009 ).
Produk pasca panen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang (Anonim, 2009).
Jenis hama pasca panen didominasi oleh serangga termasuk Ordo Coleoptera yang sering disebut sebagai hama bubuk atau weevil. Hampir semua relung ekologi di gudang ditempati oleh satu atau lebih jenis hama dari ordo ini. Hama bubuk ada yang merupakan hama primer, hama sekunder, menyerang bahan dari binatang, pemakan jamur, dan bahkan menggerek kayu tempat penyimpanan. Diantara Coleoptera tersebut ada yang menjadi predator (Anonim, 2009).










III. METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada Tanggal 31 Maret 2009 di Laboratorium Pengendalian Hayati, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Yogyakarta. Dengan bahan dan alat yang digunakan yaitu:
a. Berbagai jenis serangga hama yang termasuk family :

1. Anobiidae
2. Anthribidae
3. Bostrichidae
4. Bruchidae
5. Carabidae
6. Curculionidae
7. Dermestidae
8. Nitidulidae
9. Scolytidae
10. Silvanidae
11. Tenebrionidae
12. Trogossitidae

b. Berbagai komoditas yang terserang serangga hama pasca panen
c. Kaca pembesar atau mikroskop binokuler perbesaran 10, 16, 32, 40 x.
Cara kerja :
1. Diambil specimen yang telah disediakan, diamati secara umum dengan mata telanjang, dilihat bagian tubuh sebagai cirri morfologinya dengan menggunakan kaca pembesar atau mikroskop.
2. Dipastikan nama species dari specimen yang diamati adalah benar, dengan dibandingkan pada referensi yang ada.
3. Dibuat laporan sementara pada kertas yang telah disediakan asisten. Dicatat setiap nama species dan bagian tubuh (warna, bentuk, ukuran, inang, dll).
4. Dibuat laporan resmi sebagaimana petunjuk dari asisten.










IV.HASIL DAN PEMBAHASAN



1. Famili Tenebrionidae
Species :Tribolium castaneum
Inang : Beras, Dedak.

Gambar : Bentuk tubuh Tribolium castaneum Hbst.

Deskripsi :
Anggota dari suku ini biasanya berwarna merah coklat sampai hitam, hidup pada bahan tepung, hingga larva anggota suku suku tersebut dikenal dengan ulat tepung atau meal worm. Hama ini kumbang betinanya meletakkan telur di dalam tepung. Produksi telur mencapai 4500 butir. Larva bergerak aktif dengan ketiga pasang tungkainya. Selama masa pertumbuhannya larva mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali. Panjang larva 8-11 mm. Menjelang masa berkepompong larva akan naik ke permukaan tanpa membentuk kokon. Daur hidup sekitar 5-6 minggu (Mangoendihardjo, 1984).
















2. Famili Curculionidae
Species : Sitophyllus oryzae
Inang : Beras

Gambar : Bentuk tubuh Sitophilus oryzae (Linnaeus)
A.Imago. B. Aedagus jantan. C. Larva di dalam beras. D. Gigi garpu

Deskripsi :
Warna bubuk ketika masih muda berwarna coklat merah, sedangkan seteklah dewasa berwarna hitam. Serangga betina bertelur sepanjang stadium dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150 butir. Telur diletakkan satu per satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada biji yang diserangnya. Telur dilindungi oleh lapisan lilin hasil sekresi serangga betina. Periode telur berlangsung selama 6 hari pada suhu 250C. Setelah menetas, larva segera memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang gerekan. Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji. Serangga dewasa baru yang muncul segera membuat jalan keluar dengan cara mengunyah bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar yang karakteristik. Total periode perkembangan serangga ini antara 35-110 hari, tergantung jenis dan mutu biji yang diserangnya (Mangoendihardjo, 1984).








3. Famili Ostomatodae
Species : Tenebriodes mauritanicus
Inang : Kedelai

Gambar : Bentuk tubuh Tenebriodes mauritanicus (Linnaeus). A. Imago, B. Larva menggerek kayu

Deskripsi :
Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1000 butir. Telur tersebut biasanya diletakkan secara berkelompok pada permukaan bahan. Larva menggerek bahan seperti induknya. Di luar negeri, larva hama ini dikenal sebagai ‘the flour worm’ (ulat tepung). Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbang dewasa. Pada jagung, seekor larva biasanya cukup dengan makan 1 butir jagung. Dalam beberapa observasi, penulis mendapatkan bahwa dalam butiran jagung yang berisi seekor kepompong kumbang tersebut tidak dapat lobang yang cukup lebar untuk lewat larva yang agak besar. Mungkin induk kumbnag tersebut meletakkan telur pada permukaan butiran dekat lembaganya. Setelah telur menetas, larva terus masuk ke dalam butiran dan menggerek hampir seluruh endospermanya. Periode larva berlangsung antara 2-14 bulan, tergantung pada faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kumbnag dewasa sendiri dalam keadaan kekurangan makanan biasanya bersembunyi dalam wadah bahan simpanan. Demikian pula larvanya, dalam keadaan kurang makanan pada umumnya bertahan dan membuat liang (rongga) dalam celah-celah kayu atau wadah sebagai tempat berkepompong. Dalam keadaan cukup makanan, kumbang dewasa dapat hidup selama dua tahun (Mangoendihardjo, 1984).




4. Famili Silvanidae
Species : Oryzaphillus surrinamiensis
Inang : Beras

Gambar ; Bentuk tubuh Oryzaephylus spp.
A-E Oryzaephylus surinamensis (Linnaeus), F-G Oryzaephylus mercator (Fauvel)

Deskripsi :
Kumbang dewasa berwarna coklat tua berukuran panjang sekitar 5 mm, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Produksi telur tiap induk antara 45-285 butir. Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang. Di Indonesia, daur hidup hama ini tercatat 3-4 minggu. Kumbangnya sendiri dapat hidup selama 6-10 bulan. Pada kondisi yang sangat baik kumbang tersebut dapat hidup selama 3 tahun (Mangoendihardjo, 1984).


5. Famili Carabidae
Species : Ophionea sp.
Inang : Padi-padian.

Gambar : Ophionea sp.

Deskripsi :
Hama ini memiliki panjang 1- 4 cm. Kebanyakan berwarna abu-abu atau hitam, ada juga ungu atau perunggu atau berkilau warna warni seperti logam. Kebanyakan aktif pada malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah batu, potongan kayu atau dedaunan pada tanah. Hidupnya kebanyakan didalam tanah, tetapi larva sering ditemukan pada tanaman dan merusak komoditas di gudang. Beberapa memancarkan bau busuk sebagai pertahanan diri. Dewasa maupun larva banyak efektif sebagai predator berbagai jenis serangga dan ulat (Anonim, 2009).











6. Famili Bostrichidae
Species : Rhizoperta dominica
Inang : Gabah

Gambar : Bentuk tubuh Rhizopertha dominica (F.)
Deskripsi :
Bubuk dewasa panjangnya 2-3 mm. Antara pronotum dan elytra terdapat scutellum yang lebar. Pada elytra terdapat barisan striae dan setae yang pendek. Elytra melengkung ke arah posterior dan ujungnya cembung (Gambar 19, lihat anak panah). Masing-masing antena memiliki 10 segmen, dan terdapat 3 segmen yang terpisah dari segmen lainnya. Larva berwarna putih dan agak mengecil pada bagian tengah abdomennya. Kakinya pendek dan kepala relatif lebih kecil dibandingkan ukuran tubuhnya. Instar I dapat dibedakan dengan adanya duri pada bagian tengah posterior. Bubuk dewasa maupun larva mampu menggerek dan makan berbagai komoditas, terutama biji-bijian. Bubuk betina meletakkan telurnya pada celah-celah atau pada permukaan biji. Segera setelah menetas, larva menggerek biji (Mangoendihardjo, 1984).












7. Famili Dermestidae
Species : Dermestes sp.
Inang : Kopra

Gambar : Bentuk tubuh Dermestes spp.
A. Dermestes lardarius Linnaeus, B. Dermestes maculates Degeer, C. Dermestes ater Degeer

Deskripsi :
Kumbang Dermestes lebih langsing disbanding Attagenus. Pada sayap depannya tidak terdapat sesuatu gambaran melainkan tampak polos. Larva lebih gemuk disbanding larva Attagenus, dengan duri-duri yang lebat di seluruh bagian tubuh. Tiga pasang tungkai torakal yang sempurna, mirip tungkai pada kumbang dewasa telah terdapat pada larvanya. Bentuk kumbang dewasa umumnya agak lonjong dan pipih. Antena pendek makin ke arah ujung makin besar dan relatif tampak begitu pendek apabila dibandingkan dengan panjang tubuh kumbang itu sendiri. Warna kumbang gelap, kelabu coklat sampai kehitam-hitaman (Mangoendihardjo, 1984).










8. Famili Nitidulidae
Species : Carpophillus sp.
Inang : Beras

Gambar : Bentuk tubuh Carpophilus spp.
A. Skhema tubuh dan antena Carpophilus sp., B. Larva dan imago Carpophilus hemipterus (Linnaeus)

Deskripsi :
Kumbang Carpophilus berwarna kelabu hitam, coklat tua sampai hitam. Kumbang mempunyai sayap depan yang tidak menutupi seluruh abdomennya. Antena C. hemipterus membesar pada tiga ruas terakhir sehingga bentuknya menyerupai alat pemukul gong. Panjang kumbang kurang lebih 3-5 mm. Larva berambut pendek dan jarang, dengan panjang kira-kira 2 kali panjang kumbang dewasa. Tiga pasang tungkai torakalnya dapat digunakan untuk bergerak aktif. Daur hidup hama ini 3-5 minggu. Kumbang dewasa dapat hidup selama 3-10 bulan (Mangoendihardjo, 1984).












9. Famili Anobiidae
Species : Stegobium peniceum
Inang : Ketumbar

Gambar : Bentuk tubuh Stegobium paniceum (Linnaeus)
a. lara, b. pupa, c. imago tampak dorsal, d. imago tampak lateral

Deskripsi :
S. paniceium berwarna coklat berukuran 1 ½ - 2 mm. Larva dan kepompong juga mirip bubuk tembakau.berkembang pada suhu 15 – 34 0C dengan kelembaban relatif udara lebih dari 35%. Kondisi optimum adalah pada suhu 30 0C dan kelembaban relatif 60 – 90%, pada kondisi ini waktu generasinya selama 40 hari. Imago hidup selama 13 – 65 hari tergantung pada kondisi. Betina bertelur maksimum 75 butir. S. paniceium telah dicatat menyerang berbagai komoditas dan seing menimbulkan masalah pada hasil olahan seperti cokelat, biscuit, rempah-rempah, jinten, biji ketumbar. Pada biji ketumbar biasanya berlubang-lubang dan isinya habis atau menjadi semacam tepung (Mangoendihardjo, 1984).










10. Famili Scolitidae
Species : Hypothenemus hampei
Inang : Kopi

Gambar : Bentuk tubuh Hypothenemus hampei (Ferrari)
Deskripsi :
Bubuk betina biasanya yang aktif merusak dan membuat liang gerek pada ujung kulit buah, kemudian membelok ke dalam salah satu bijinya. Mereka hanya bertelur pada buah-buah yang bijinya telah mengeras atau pada buah yang telah masak. Dalam biji kopi terdapat semacam rongga dimana telur-telur diletakkan. Dalam satu biji dapat diletakkan lebih dari sebutir telur. Produksi telur rata-rata 70 butir yang diletakkan dalam dua periode bertelur. Pada periode telur yang pertama biasanya diletakkan telur lebih banyak daripada yang kedua. Setelah menetas, larva segera makan bagian biji dan meneruskan menggerek. Pada waktu menjelang kepompong dibuat liang gerek yang agak melebar dimana kelak akan ditempati oleh kepompongnya. Daur hidupnya tergantung pada tinggi tempat dimana tanaman kopi tumbuh, biasanya berkisar antara 20-36 hari. Perbandingan jantan:betina = 1:20. Di dalam gudang, bila bubuk tersebut masih dapat hidup biasanya hanya bertahan saja dan tidak dapat berkembang biak (Mangoendihardjo, 1984).






11. Famili Brucidae
Species : Bruchus sp.
Inang : Kacang hijau

Gambar : Bentuk tubuh Bruchus sp . A. Imago. B. Kaki belakang

Deskripsi :
Kumbang Bruchus mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. B. chinensis bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan. Panjang tubuh sekitar 4-5 mm. B. phaseoli agak bulat dengan pronotum yang kehitaman dan ukurannya lebih kecil (panjang sekitar 3-4 mm). Pada kedua sayap depannya terdapat sebuah bintik hitam. Jenis B. ronyeri mempunyai bentuk pertengahan antara kedua jenis di atas. Baik pada pronotum maupun sayap depan tidak terdapat bintik atau gambaran lain yang gelap tetapi ditumbuhi oleh rambut-rambut pendek yang halus. Antenanya agak lain dibanding dengan kedua jenis di atas. Pada R. ronyeri, antenanya berbentuk serratus (serate) dengan ukuran kira-kira sama dengan panjang tubuhnya. Pada sayap depan terdapat flek hitam yang menutupi lebih dari separuh kedua sayap depan bagian bawah dan di tengahnya terdapat becak putih yang menyilang. Induk Bruchus meletakkan telur pada permukaan biji dengan tidak merusak bahan sama sekali. Produksi telur pada B. chinensis dapat mencapai 150 butir, sedang B. phaseoli antara 7-58 butir (Mangoendihardjo, 1984).





12. Famili Anthribidae
Species : Araecerus fasciculata
Inang : Kacang-kacangan.

Gambar : Bentuk tubuh Araecerus fasciculatus
Deskripsi :
Kumbang berwarna coklat muda berukuran 4-5 mm dengan moncong yang pendek. Larva menyerupai ‘uret’ (Gambar 18), berwarna putih kelabu dan pada pertumbuhan penuh berukuran 6-8 mm. Kepompong berwarna putih bertipe bebas dan panjangnya kurang lebih 4 mm. Setiap telur dapat menghasilkan 15 butir telur. Setelah kurang lebih 9 hari telur menetas dan larva menggerek masuk ke dalam bahan dengan meninggalkan sisa-sisa gerekan yang berupa tepung. Periode larva berlangsung selama 20 hari dan selama itu cukup dengan makan endosperm dari sebutir jagung. Sebelum berkepompong larva membuat rongga dalam biji dan dilapis dengan sisa gerekan bercampur air liurnya, yang kelak berfungsi sebagai kokon. Fase kepompong berlangsung kira-ira 5 hari dan setelah menjadi kumbang dewasa tetap tinggal dalam rongga itu selama 12 hari. Daur hidup pada jagung dengan kadar air permulaan 11,5 % adalah 45,7 hari (Mangoendihardjo, 1984).








IV. KESIMPULAN

1. Ordo Coleoptera merupakan hama pasca panen yang paling mendominasi diantara serangga hama yang lain.
2. Secara umum Coleoptera memiliki ciri-ciri: Imago dikenali dengan elytranya yakni sayap depan yang keras seperti tameng. Di antara pronotum dan pangkal elytra terdapat sebuah plat kecil disebut scutelum. Tipe alat mulut Coleoptera adalah penggigit pengunyah.
3. Coleoptera merusak bahan simpanan hasil pertanian, seperti padi, beras, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, dll. Sebagian besar merupakan hama gudang.




























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pengenalan Hama-hama Pasca Panen. http://naynienay.com/tentang-hama-tumbuhan/. Diakses Tanggal 05 April 2009.

Anonin. 2009. Pengenalan Ordo dan Beberapa Famili Hama Tanaman Pangan. pangan.com>. Diakses Tanggal 05 April 2009.

Anonim. 2009. Carabidae. www.geocitiescombrisbane_beetlesCarabidae.htm_14. Diakses pada Tanggal 07 April 2009.

Mangoendihardjo, S.. 1984. Hama-hama Pasca Panen. Proyek Pengembangan Kemampuan

Tandiabang, J., Tenrirawe, A., Surtikanti. Hama Pasca Panen Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros.

Tjahjadi, Nur. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Untung, Kasumbogo. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman.
Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tidak ada komentar: