Sabtu, 13 Desember 2008

Indonesiaku, berubahlah!

Ada berjuta-juta wacana tentang bumi Pertiwi. Dengan masalah yang segudang, apa yang dilakukan pemudanya mengenai tanah kelahirannya yang sebegitu menderitanya? Pemuda adalah ganarasi penerus bangsa, agent of chage, tapi apa?Mana? banyak sekali pemuda-pemuda pemalas yang justru hanya suka tidur! Tak peduli, jangankan berpikir untuk negerinya, untuk dirinya sendiri saja tak terurus!

Ada lagi yang aneh sekarang ini, pemuda-pemuda desa sudah ikut-iut terbawa model pemuda kota, sok kota! Ini masalah. Mereka sekaarang menganggap bahwa pekerjaan di desa itu nggak keren! So, mereka memilih pergi merantau ke kota, meskipun menjadi tukang sapu, tukang pel, atau pemenuh jalanan dengan ngamen. Budak peradaban.

Sedikit cerita dari desa, ini mungkin dapat membuka mata kita nantinya, dalam melihat realita kehidupan pemuda bangsa ini. Saya pernah berkunjung ke suatu desa, karena mendapat tuigas kuliah. Tugasnya adalah observasi ke wilayah pertanian untuk mengetahui bagaimana kehidupan para petani. ini salah satu cuplikan wawancaranya.
" Bapak sudah lama bekerja sebagai petani?"
"Wah saya sudah lama sekali Mbak, hampir 30 tahun".
"Wah, cukup lama juga ya Pak, ini pertanian keluarga ya pak? Asyik sekali sepertinya, satu keluarga bekerja bareng mengelola lahan".
"O nggak mbak, ini yang mengerjakan paling cuma saya sama ibunya, soalnya anak-anak saya pada merantau"."Lho kok merantau Pak? Padahal kan Pertanian juga cukup menghasilkan dan pendapatannya juga cukup besar jika dikelola dengan baik? Bukan begitu Pak?
"iya sih Mbak, tapi anak muda sekarang kan memang begitu Mbak, mana ada yang mau bekerja di sawah, jadi petani, mereka nggak mau. Disini rata-rata yang mau menggarap sawahnya hanya orang-orang sepuh (tua). Yang muda pada lari ke kota, paling pulang waktu lebaran Mbak".
"O begitu Pak, memang kerja apa di kota?"
"ya macem-macem Mbak, ada yang di kantoran jadi tukang sapu, ada juga yang jadi babu, tapi mereka seneng kok, katanya kerja di kota lebih enak, lebih terjamin hidupnya, jadi yang mau mengurus sawah cuma orang-orang tua tok Mbak " Ungkap Bapak Karman dengan nada sedih.

Hmm...Itu baru segelintir kisah. Bagaimana kita menciptakan solusi untuk masalah-masalah seperti ini?